Pada tahun 1222, di pulau Jawa, Indonesia, terjadi perubahan penting dalam peta politik dan kekuasaan kerajaan. Kerajaan Singasari, juga dikenal sebagai Kerajaan Tumapel, didirikan oleh seorang tokoh bernama Ken Arok atau Ken Angrok. Kerajaan Singasari memiliki ikatan sejarah yang erat dengan sosok Ken Angrok (1222-1247), yang juga merupakan pendiri Wangsa Rajasa dan kerajaan Tumapel. Pada saat itu, lokasi kerajaan ini diperkirakan terletak di daerah Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
Ken Dedes Sosok Cantik yang Menenrukan Sejarah Jawa. |
Sebagai awalnya, kerajaan ini dikenal sebagai Kerajaan Tumapel, sebuah daerah bawahan dari Kerajaan Kadiri. Namun, perubahan signifikan terjadi pada tahun 1253 ketika Wisnuwardhana, seorang penguasa Singasari, memutuskan untuk mengganti nama ibu kota kerajaan menjadi Singasari. Nama Singasari kemudian menjadi lebih terkenal daripada Tumapel dan secara luas digunakan untuk merujuk pada kerajaan tersebut. Dengan perubahan ini, Kerajaan Singasari muncul sebagai kekuatan yang kuat di pulau Jawa.
Pergeseran kekuasaan ini memunculkan konflik antara Kerajaan Singasari dan Kerajaan Kadiri. Pada tahun 1221, terjadi perseteruan antara Raja Kertajaya dari Kerajaan Panjalu dengan kaum brahmana. Para brahmana kemudian bergabung dengan Ken Angrok dan Tumapel dalam pertempuran melawan Kadiri. Puncak pertempuran ini terjadi pada tahun 1222 di Desa Ganter, yang dimenangkan oleh Tumapel, yang dipimpin oleh Ken Angrok.
Meskipun Nagarakretagama, sebuah naskah sejarah, juga menyebutkan tahun yang sama untuk pendirian Tumapel, namun tidak secara spesifik menyebutkan peran Ken Angrok. Dalam naskah tersebut, pendiri Tumapel disebut sebagai "Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra" yang berhasil mengalahkan Raja Kertajaya dari Kerajaan Kadiri. Perubahan nama kerajaan dan kekuasaan baru yang terjadi di Singasari menandai tahap baru dalam sejarah politik pulau Jawa.
Selain itu, penemuan Prasasti Mula Malurung memberikan perspektif yang berbeda dari versi Pararaton, yang telah lama dikenal sebagai sumber sejarah mengenai Tumapel. Prasasti yang dikeluarkan oleh Kertanagara pada tahun 1255 atas perintah Wisnuwardhana menyebutkan bahwa Tumapel didirikan oleh "Rajasa" yang dijuluki "Batara Siwa", setelah menaklukkan Kerajaan Kadiri. Hal ini memperkuat kebenaran berita dalam Nagarakretagama yang tidak menyebutkan bahwa Tohjaya adalah raja di Tumapel. Prasasti juga menyebutkan bahwa kerajaan kemudian terpecah menjadi dua setelah kematian Ken Angrok, yaitu Tumapel yang dipimpin oleh Anusapati dan Kadiri yang dipimpin oleh Mahesa Wong Ateleng alias Batara Parameswara.
Kisah perubahan dan pergeseran kekuasaan dari Singasari ke Kerajaan Kadiri terus berkembang dengan munculnya pemimpin baru dan intrik politik yang rumit. Kertanagara, putra Wisnuwardhana, mengambil alih tahta Singasari dan mengubah namanya menjadi Kerajaan Singasari. Namun, kerajaan ini akhirnya mengalami kejatuhan melalui pemberontakan yang dipimpin oleh Jayakatwang, yang ingin mengambil alih kekuasaan.
Dengan demikian, perjalanan sejarah dari Singasari ke Kerajaan Kadiri mencakup periode penting dalam politik dan kekuasaan di pulau Jawa. Perubahan ini tidak hanya memengaruhi struktur pemerintahan, tetapi juga membawa konsekuensi yang mendalam bagi masyarakat dan kebudayaan di masa itu. Kisah ini tetap menjadi bagian penting dari warisan sejarah dan budaya Indonesia hingga saat ini.
Ken Arok Tokoh Pendiri Singosari yang Masih Penuh Misteri
Ken Arok adalah tokoh sentral dalam sejarah Kerajaan Singasari (Tumapel). Meskipun catatan sejarah tentangnya terkadang beragam, namun ia dikenal sebagai pendiri kerajaan dan tokoh yang memiliki peran penting dalam perubahan politik di pulau Jawa pada abad ke-13.
Ken Arok lahir dengan latar belakang yang rendah. Ia berasal dari kelompok sosial yang lebih rendah, mungkin sebagai seorang petani atau buruh. Namun, dengan kecerdikan, keberanian, dan ambisinya, ia berhasil naik ke tingkat kekuasaan yang tinggi. Ken Arok memiliki reputasi sebagai seorang pemimpin yang cerdas, taktis, dan pemberani.
Menurut legenda yang dikenal dalam karya sastra Jawa kuno seperti "Pararaton" dan "Nagarakretagama", Ken Arok mendapatkan kekuasaan pertamanya dengan cara licik. Ia menjadi pengawal Tunggul Ametung, seorang akuwu (setara camat) di Tumapel, yang merupakan wilayah bawahan Kerajaan Kadiri. Dalam upaya untuk memperoleh kekuasaan, Ken Arok menggunakan strategi tipu muslihat untuk membunuh Tunggul Ametung dan mengambil alih kekuasaannya.
Setelah mengambil alih kekuasaan di Tumapel, Ken Arok menikahi janda Tunggul Ametung yang sedang hamil, yang bernama Ken Dedes. Anak mereka yang diberi nama Anusapati kelak menjadi penguasa berikutnya. Ken Arok juga memiliki istri lain bernama Ken Umang, yang melahirkan anak laki-laki bernama Tohjaya.
Ken Arok memiliki peran penting dalam membebaskan Tumapel dari kekuasaan Kerajaan Kadiri. Ia berhasil memanfaatkan perselisihan politik dan konflik di antara para penguasa Jawa pada masa itu untuk memperoleh kemerdekaan bagi Tumapel. Puncak peperangan melawan Kadiri terjadi pada tahun 1222 di Desa Ganter, yang dimenangkan oleh Tumapel di bawah pimpinan Ken Arok.
Meskipun Ken Arok adalah seorang tokoh yang ambisius dan penuh intrik, ia juga memiliki sifat kepemimpinan yang kuat dan kemampuan strategis yang luar biasa. Ia mampu mengorganisir dan memimpin pasukan dengan efektif, serta mengambil keputusan yang tepat dalam situasi yang sulit. Dengan kepemimpinan Ken Arok, Tumapel berkembang menjadi Kerajaan Singasari yang kuat dan berpengaruh di Jawa.
Meskipun akhir hidup Ken Arok tidak terlalu jelas, ia meninggalkan warisan yang signifikan dalam sejarah Jawa. Pendiriannya sebagai pemimpin dan pendiri Kerajaan Singasari membuka jalan bagi dinasti yang berkuasa di Jawa Timur selama beberapa generasi berikutnya, termasuk putra-putranya seperti Anusapati dan cucu-cucunya seperti Wisnuwardhana dan Kertanagara. Ken Arok tetap menjadi tokoh yang menarik dalam cerita sejarah dan menjadi simbol ambisi, kecerdikan, dan perubahan politik di masa lalu.
Ken Dedes Sosok Cantik yang Merubah Arah Kediri
Sosok Ken Dedes adalah seorang perempuan yang memiliki peran penting dalam sejarah Jawa, terutama dalam pendirian Kerajaan Singasari (Tumapel). Ken Dedes dikenal sebagai istri dari Ken Arok, pendiri kerajaan tersebut.
Ken Dedes memiliki kecantikan yang luar biasa, sehingga membuatnya menjadi sosok yang menarik perhatian banyak pria. Legenda mengisahkan bahwa Ken Dedes pernah menjadi dayang-dayang di istana Kerajaan Bali, sebelum akhirnya menjadi istri Ken Arok.
Ketika Ken Arok mengambil alih kekuasaan di Tumapel, ia jatuh cinta pada Ken Dedes yang pada saat itu masih menjadi istri Tunggul Ametung, akuwu Tumapel. Ken Dedes juga sedang mengandung anak dari suaminya yang sah. Namun, Ken Arok dengan tekad yang kuat dan ambisi untuk memperoleh kekuasaan, berhasil memikat hati Ken Dedes.
Ken Dedes akhirnya menikahi Ken Arok setelah kematian suaminya Tunggul Ametung. Dari pernikahan mereka, lahir seorang putra bernama Anusapati. Ken Dedes kemudian menjadi permaisuri Ken Arok dan berperan dalam membantu suaminya dalam membangun kerajaan dan menjaga stabilitas politik.
Selain kecantikannya, Ken Dedes juga terkenal karena kebijaksanaan dan ketegasannya. Ia dikenal sebagai seorang ratu yang cerdas dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Perannya dalam menjaga harmoni di kerajaan sangat penting.
Meskipun memiliki kekuasaan dan status yang tinggi, Ken Dedes tetap menjaga kepedulian pada rakyatnya. Ia sering berinteraksi dengan rakyat, mendengarkan keluhan mereka, dan berupaya memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi di kerajaan.
Kehidupan Ken Dedes tidak selalu mulus. Setelah kematian Ken Arok, ia menjadi istri dari Tunggul Ametung II, putra Tunggul Ametung yang pertama. Namun, hubungan mereka tidak harmonis dan berakhir dengan perceraian. Ken Dedes kemudian menikah dengan Erlangga, putra Ken Arok dari istri lain.
Ken Dedes meninggalkan warisan penting dalam sejarah Jawa, terutama melalui peran dan pengaruhnya sebagai istri dari pendiri Kerajaan Singasari. Ia adalah sosok yang bijaksana, kuat, dan berperan dalam membangun fondasi kerajaan yang kuat. Ken Dedes menjadi simbol kecantikan, kebijaksanaan, dan kekuatan perempuan dalam sejarah Jawa.
Kisah dan Legenda Keris Empu Gandring
Keris Empu Gandring adalah salah satu keris yang memiliki kisah legendaris dalam sejarah Jawa. Keris ini terkenal karena dikaitkan dengan sosok Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari (Tumapel), yang juga dikenal sebagai Ken Angrok.
Menurut legenda yang dikenal dalam karya sastra Jawa seperti "Pararaton" dan "Nagarakretagama", keris Empu Gandring awalnya merupakan keris milik Empu Gandring, seorang pandai besi yang ahli dalam membuat senjata tajam. Keris ini ditempa dengan keterampilan yang luar biasa, sehingga memiliki kekuatan magis dan dianggap sebagai senjata yang tak tertandingi.
Saat itu, Ken Arok meminta Empu Gandring untuk membuatkan keris yang lebih kuat daripada keris milik siapapun. Namun, Empu Gandring merasa terhina karena permintaan Ken Arok, karena keris miliknya dianggap sudah sangat hebat. Dalam amarahnya, Empu Gandring mengutuk keris yang ia ciptakan, dengan mengatakan bahwa keris itu akan membawa malapetaka bagi siapapun yang memilikinya.
Ken Arok yang tahu tentang kutukan tersebut tetap bersikeras untuk memperoleh keris Empu Gandring. Akhirnya, Empu Gandring memberikan keris tersebut kepada Ken Arok dengan berat hati, menyertai keris dengan kutukan yang mengerikan.
Setelah memperoleh keris Empu Gandring, Ken Arok menggunakan keris ini dalam peperangan melawan musuh-musuhnya. Namun, kutukan Empu Gandring mulai terwujud. Keris itu menjadi penyebab dari tragedi dan penderitaan bagi siapa saja yang menyentuhnya. Setiap kali Ken Arok menggunakan keris itu, orang-orang terdekatnya akan mengalami nasib yang mengerikan, bahkan hingga kematian.
Kisah terkenal tentang keris Empu Gandring adalah ketika Ken Arok menggunakan keris itu untuk membunuh Tunggul Ametung, yang pada saat itu adalah akuwu Tumapel dan suami Ken Dedes. Kutukan keris tersebut berlanjut ketika Anusapati, putra Ken Arok dan Ken Dedes, yang juga memegang keris itu, mengalami nasib tragis dan tewas.
Keris Empu Gandring menjadi saksi bisu dari intrik dan tragedi yang melanda keluarga Ken Arok. Dalam beberapa versi cerita, keris ini akhirnya dikembalikan kepada Empu Gandring dan kutukannya berakhir.
Keris Empu Gandring menjadi simbol kekuatan magis dan kutukan yang menakutkan. Kisahnya mengingatkan kita akan bahaya dari ambisi berlebihan dan keinginan untuk memperoleh kekuasaan dengan cara apa pun. Keris ini juga menjadi bagian penting dalam cerita sejarah Kerajaan Singasari dan meninggalkan warisan yang kuat dalam budaya Jawa.
Penutup
Sejarah Kerajaan Kediri dan Singasari membawa kita pada perjalanan yang menarik dan penuh dengan kejayaan serta pergolakan politik di Jawa kuno. Kedua kerajaan ini memiliki peran penting dalam membentuk dan mengubah peta kekuasaan di pulau Jawa.
Kerajaan Kediri, yang berdiri sekitar abad ke-11 hingga abad ke-13, menjadi salah satu kerajaan besar di Jawa pada masanya. Dibawah kepemimpinan raja-raja seperti Sri Jayabaya dan Kertajaya, Kediri mencapai puncak kejayaan dengan wilayah yang meliputi sebagian besar Jawa Timur dan Jawa Tengah. Namun, konflik internal dan tekanan dari luar, terutama dari kerajaan Singasari, mengakibatkan keruntuhan Kediri pada pertengahan abad ke-13.
The Indonesia Adventure