Gula aren bahan makanan tradisional berasal dari sari manis yang diberi nama nira. Gula aren kaya akan kalori yang konon kalau kita memakannya bisa lebih bertenaga. Apalagi saat aktivitas fisik sedang tinggi, misalnya sedang berolahraga. Sukrosa dan glukosa dari gula merah atau gula aren lebih mudah larut dalam darah dan selanjutnya darah mengirimkannya ke sel-sel tubuh.
Gula Aren dari pohon enau untuk bahan membuat kue tradisional.. |
Pohon nira atau enau ini termasuk pohon palma yang sangat banyak manfaatnya. Nama pohon enau atau aren ini di Indonesia banyak memiliki nama. Ada yang menyebutnys nau, hanau, peluluk, kabung, kawung, tuwak dan lain-lain. Secara ilmiah namanya adalah Arenga pinnata, masih dalam famili Arecaceae
Nira ini berasal dari sari tandan bunga jantan pohon aren atau pohon enau. Biasanya tanda bunga berada dipelepah paling atas, sehingga pengumpul nira harus naik sampai ke paling atas.
Para pengrajin gula aren juga banyak mencari pohon dihutan-hutan untuk berburu sari nira, tetapi ada juga yang membudidayakan tanaman ini dikebun-kebun walau bukan sebagai tanaman utama. Para petani di Sumatra biasa menggunakan tanaman enau untuk batas kebun mereka dengan kebun petani lain.
Mungkin memang tidak semua orang kenal gula aren, karena ternyata banyak yang mengira gula merah dan gula aren itu sama, padahal berbeda. Gula aren berasal dari pohon aren atau juga disebut sebagai enau, sedangkan gula kelapa didapat dari pohon kelapa. Persamaannya pohon kelapa dan pohon aren sama-sama dari keluarga palmae.
Bentuk dan warna dari gula aren dan gula kelapa memang hampir sama, yaitu coklat kehitaman tetapi kalau dicicipi rasanya akan sangat berbeda. Gula aren lebih terasa gurih selain rasa dominan manis, sedangkan gula kelapa tidak terlalu gurih dan rasanya jauh lebih manis dibandingkan gula aren.
Proses pembuatan gula aren ternyata tidaklah sederhana, karena seorang pembuat gula aren atau pengumpul cairan nira harus mendapatkan pohon aren yang memiliki bunga tandan muda.
Pangkal tangkai bunga tersebut diikat dengan kuat dan sangat ketat, sehingga proses pembentukan bunga terhambat karena bahan mineral dan nutrisi tidak mengalir ke ujung batang bunga tetapi menumpuk dibatang sebelum ikatan.
Setelah beberapa hari bagian batang sebelum ikatan yang disebut dengan mayang tersebut membesar, setelah itu bagian kulit batang yang membesar itu diiris-iris agar sari nira keluar dan menetes karena terperas. Sari keluar menetes terus menerus sampai tetesannya semakin jarang. Bila tetesan semakin lama, maka bagian irisan ditutup daun pisang dan ikat lagi. Tentunya tahap berikutnya ini air sarinya semakin sedikit.
Sari nira itu ditampung kedalam bubung yang terbuat dari bambu. Cairan yang masuk dalam bubung bambu inilah yang disebut sebagai sari nira yang manis. Pada masa lalu sari nira ini langsung digunakan sebagai gula, tetapi nira yang disimpan mengalami fermentasi berubah rasa menjadi manis asam.
Untuk menghasilkan gula aren air nira ini dimasak dengan menggunakan wajan. Agar panas merata maka selama proses pemasakan diaduk terus menerus agar bagian bawah nira tidak mutung. Lama kelamaan air nira semakin kental, dan akhirnya menggumpal.
Setelah itu nira yang sudah kental itu dimasukkan ke dalam cetakan. Ada macam-macam yang digunakan para pengrajin gula aren. Bisa cetakan dengan menggunakan daun kelapa atau juga daun pisang. Ada juga cetakan berupa almunium dengan berbagai bentuk. Ada juga yang mencetaknya dengan menggunakan batok kelapa.
Setelah dimasukkan dalam cetakan atau dibungkus daun pisang yang digulung, maka ditunggu dalam beberapa jam gula aren sudah jadi seperti yang kita lihat dipasar-pasar tradisional.
The Indonesia Adventure
Indonesia Adventure