Perkembangan terbaru dari penelitian tentang manusia Flores atau lebih dikenal sebagai homo floresiensis yang berasal dari Pulau Flores di Indonesia yang dikemukakan oleh antropolog Kanada mantan dosen Universitas Alberta, Gregory Forth dalam bukunya yang berjudul "Between Ape and Human: An Anthropologist on the Trail of a Hidden Hominoid," menyatakan bahwa manusia yang dijuluki "Hobbit" ada kemungkinan masih hidup.
Homo Floresiensi yang kerangkanya ditemukan di Gua Liang Bua |
Buku Forth mengundang perdebatan karena sementara ini teori yang sudah ada Manusia Hobbit Flores hidup sekitar 18.000 hingga 30.000 tahun silam tetapi teori ini membongkar kekakuan penelitian ilmu antropology yang harus selalu meneliti zoology yang sudah musnah. Penelitian Forth juga seakan mengarah pada penelitian kriptozoologi yang mencari kehidupan mitologis atau mahluk legendaris seperti monster Loch Ness, Bigfood, Marmit atau sejenisnya.
Homo floresiensis digambarkan oleh Forth berada di antara kera dan manusia. Masyarakat Flores menyebutnya dengan sebutan Ebu Gogo. Mahluk tersebut Memiliki ukuran tubuh kecil dengan tinggi manusia Hobbit ini hanya berkisar 106 cm tetapi berkaki besar. Home floresiensis dalam kesehariannya sudah mengenal berbagai peralatan baik untuk berburu, peralatan untuk memasak dan makan.
Apa yang disampaikan oleh Forth bukan tanpa dasar tetapi berdasarkan penelitian lapangan antropologis di Pulau Flores Indonesia sejak tahun 1984 sampai dengan tahun 2003. Forth tinggal bersama penduduk asli Flores dan banyak sekali mendapatkan berbagai cerita mengenai spesies manusia langka yang tinggal digua-gua di hutan Flores. Berdasarkan pemikiran Forth apa berbagai cerita itu mungkin ada benarnya, tetapi sangat sulit untuk langsung ditemukan karena mahluk seperti ini akan menghindar dari pandangan. Tentu saja mendengar cerita-cerita dari suku asli Flores tentang mahluk humanoid berukuran kecil berbulu yang hidup di gua-gua hutan Flores sangat membuat Forth antusias. Ia menyimpulkan jika manusia kera ini benar-benar ada, kemungkinan besar mereka berasal dari spesies manusia purba Homo floresiensis.
Forth mencatat diskripsi mengenai home floresiensis yang ditangkapnya dari berbagai cerita, bahwa mahluk itu berambut lurus dengan warna terang di tubuhnya, hidungnya sudah berbentuk bagus, tetapi masih ada sebuah tanda bekas ekor. Berbagai catatan itu dikumpulkan dari 30 saksi mata yang secara kebetulan atau memang sengaja menemukan makhluk serupa yang sesuai dengan deskripsi Homo floresiensis.
Salah satu wawancara dengan seorang laki-laki penduduk asli Flores yang menceritakan suatu waktu dia pernah membuang sesosok mayat makhluk yang tidak mungkin seekor monyet tetapi juga laki-laki itu tidak yakin bahwa itu seorang manusia.
Berbagai cerita pengalaman-pengalaman itu dituliskan dalam penelitiannya. Forth juga menyampaikannya kepada Live Science dan menyatakan dia membuat koneksi. Dalam wawancara tersebut Forth menyatakan "Saya mendengar tentang makhluk mirip manusia kecil yang serupa di wilayah bernama Lio, yang dikatakan masih hidup, dan orang-orang memberi penjelasan tentang seperti apa rupa mereka," kata Forth.
Di luar apa yang dilakukan Forth ada penelitian lain terkait keterkaitan antara homo floresiensis yang misterius dan manusia kerdil di Flores yang saat ini ada. Manusia kerdil ini tinggal dan hidup tidak jauh dari kawasan Gua Liang Bua, tempat dimana ditemukannya fosil-fosil homo floresiensis. Manusia kerdil atau hobbit menjalankan kehidupan normal seperti manusia modern pada umumnya, mereka bertani dan berladang dan ada juga yang masih berburu.
Penelitian dilakukan dengan tes DNA homo floresiensis dengan manusia kerdil Flores ternyata hasilnya cukup mengejutkan karena ada dua evolusi paralel terpisah terkait dua genetik ini sejak puluhan ribu tahun lalu antara Homo floresiensis dan manusia kerdil Flores yang masih hidup dengan manusia di hutan-hutan Flores saat ini.
Fenomena manusia hobbit dari sejak home floresiensis dan manusia kerdil flores dan adanya Ebu Gogo yang sering ditemukan di hutan-hutan Flores menjadi perdebatan dari para peneliti sampai sekareang ini. Saat ini Flores menjadi situs yang sangat menjadi perhatian peneliti antropologi dunia, sangat layak disebut sebagai "Flores Land The Real Lost World".
The Indonesia Adventure Team Writter