Kota Bandung yang banyak mendapat julukan, ada yang mengatakan “Paris van Java” karena Kota Bandung yang dingin, nyaman dan indah serta gedung-gedung arsitektur art deco ala Eropa. Ada juga sebutan “Kota Kembang” mungkin makna ini mengaju kepada Kota Bandung yang banyak taman dengan tamanan hijau dan bunga-bunga. Bisa juga disebut "Kota Artis" karena banyaknya artis dari sini, misalnya artis dangdut Cita Citata, Niki Astria, Nike Ardila dan banyak lagi.
Ada satu hal lain lagi yang manarik di Kota Bandung, yaitu jembatan laying Pasupati. Bukan saja fungsinya yang penting tetapi juga jembatan ini mmberikan warna warni yang manarik jika dipandang dari jauh dengan lampu led display warna yang dibuat secara dinamis dengan modern.
Jembatan Layang Pasupati telah menjadi salah satu ikon dan landmark Kota Bandung dari sekian banyak ikon di kota tua ini. Sumber dana anggaran untuk pembangunan belanja modal jembatan layan ini bersumber dari hibah dana pemerintah Kuwait.
Penampilan jembatan layang Pasupati akan terasa beda saat menjelang Magrib dimana lampu display tersebut sudah mulai dihidupkan. Mungkin ada banyak orang yang belum memperhatikan karena sibuknya aktfitas sehari-hari yang padat. Tetapi silahkan perhatikan dari jauh jembatan ini akan berganti-ganti warna dalam hitungan menit.
Jembatan Pasupati yang memiliki fungsi yang penting dan strategis menghubungkan bagian utara Bandung dan bagian timur Kota Bandung karena ada sebuah cekungan seperti lembah yang bernama Cikapundang. Panjang jembatan layang Pasupati 2,8 meter, sedangkan lebarnya 30-60 m. Lokasi tepatnya jembatan ini berada di Tamansari, Kec. Bandung Wetan.
Jembatan Pasupati yang cukup panjang ini juga melintasi jalan raya yaitu jalan Pasir Kaliki sampai ke jalan HOS Cokroaminoto, jalan Tamansari, Jalan juanda, jalan Cipaganti dan jalan Cihamplas. Jembatan ini menghubungkan jalan Pasteur ke jalan Surapati. Sebagian badan jembatan layang Pasupati berada di atas jalan Pasteur dan sebagainnya lagi diatas jalan Surapati. Kedua jalan Pasteur dan Surapati ini disingkat menjadi Pasopati yang menjadi nama Jembatan Layang ini.
Jembatan layang Pasopati dibangun untuk mengurangi kemacetan di Kota Bandung yang semakin hari semakin parah. Akhirnya jembatan ini mulai digunakan dengan terlebih dahulu uji coba pada tanggal 26 Juni 2005.
Konstruksi jembatan dibangun secara dua arah dan dibagian tengah dari dua jalur ini adalah penahan konstruksi dengan tiang tinggi menjulang dan terhubung dengan komponen yang fleksibel berupa cable stayed untuk penahan beban yang fleksibel dan toleran terhadap gerakan. Jembatan ini terbagi dalam segmen-segmen yang berjumlah 663 unit dengan ditopang oleh 46 tiang.
Jembatan ini memiliki teknologi konstruksi yang canggih karena jalan pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi tahan gempa. Perangkat dalam konstruksi jembatan layan ini bernama lock up device (LUD) yang hanya dibuat di Prancis.
Selain itu dilengkapi juga dengan cable stayed sepanjang 161 meter, yang artinya jembatan ini tidak menggunakan kaki untuk menyeberangi lembah Cikapundung tetapi dengan tiang yang kuat untuk menopang Cable stayed pada badan jembatan yang melewati lembah Cikapundung. Pada bagian atas jembatan ini ada cable stayed penopang timur sebanyak 9 buah dan sisi barat berjumlah 10 buah.
Hal yang uniknya dari pembangunan jembatan ini adalah perancangannya yang sudah dilakukan sejak zaman Belanda tahun 1920 oleh arsitek Herman Thomas Karsten yang memang terkenal pada masa itu membangun berbagai fasilitas umum di Zaman Hindia Belanda. Karsten adalah seorang yang lahir di Cimahi, Hindia Belanda pada 22 April 1884. Pendidikan arsitek diperolehnya dari Sekolah Tinggi Teknik (Technische Hoogeschool) di Delft, Belanda, lulus tahun 1908.
Karsten juga menjadi penasihat dan sekaligus juga perencana dari banyak proyek pembangunan publik oleh Pemerintah Hindia Belanda seperti di gedung-gedung pemerintah di Batavia, Meester Cornelis yang sekarang adalah gedung Jatinegara di Bandung, Pasar Johar di Semarang, gedung pemerintah di Buitenzorg atau Bogor sekarang. Hasil karya Karsten juga ada di Jawa Tengah yaitu Stasiun Balapan Solo dan Pasar Gede Harjonagoro di Surakarta.
Photografer : Azzahra R.
TheIndonesiaAdventure.com Team Writter
Tag. : Jembatan Layang Pasupati, Pasupati, Kota Bandung, Bandung, Wisata Bandung, Landmark Bandung, Ikon Bandung, jembatan layang, hotel Bandung, Jawa Barat, Cita Citata
Ada satu hal lain lagi yang manarik di Kota Bandung, yaitu jembatan laying Pasupati. Bukan saja fungsinya yang penting tetapi juga jembatan ini mmberikan warna warni yang manarik jika dipandang dari jauh dengan lampu led display warna yang dibuat secara dinamis dengan modern.
Jembatan Layang Pasupati di Bandung |
Penampilan jembatan layang Pasupati akan terasa beda saat menjelang Magrib dimana lampu display tersebut sudah mulai dihidupkan. Mungkin ada banyak orang yang belum memperhatikan karena sibuknya aktfitas sehari-hari yang padat. Tetapi silahkan perhatikan dari jauh jembatan ini akan berganti-ganti warna dalam hitungan menit.
Jembatan Layang Pasupati di Bandung di pagi hari |
Jembatan Pasupati yang cukup panjang ini juga melintasi jalan raya yaitu jalan Pasir Kaliki sampai ke jalan HOS Cokroaminoto, jalan Tamansari, Jalan juanda, jalan Cipaganti dan jalan Cihamplas. Jembatan ini menghubungkan jalan Pasteur ke jalan Surapati. Sebagian badan jembatan layang Pasupati berada di atas jalan Pasteur dan sebagainnya lagi diatas jalan Surapati. Kedua jalan Pasteur dan Surapati ini disingkat menjadi Pasopati yang menjadi nama Jembatan Layang ini.
Jembatan Layang Pasupati di Bandung menjelang pagi hari |
Jembatan layang Pasopati dibangun untuk mengurangi kemacetan di Kota Bandung yang semakin hari semakin parah. Akhirnya jembatan ini mulai digunakan dengan terlebih dahulu uji coba pada tanggal 26 Juni 2005.
Konstruksi jembatan dibangun secara dua arah dan dibagian tengah dari dua jalur ini adalah penahan konstruksi dengan tiang tinggi menjulang dan terhubung dengan komponen yang fleksibel berupa cable stayed untuk penahan beban yang fleksibel dan toleran terhadap gerakan. Jembatan ini terbagi dalam segmen-segmen yang berjumlah 663 unit dengan ditopang oleh 46 tiang.
Jembatan ini memiliki teknologi konstruksi yang canggih karena jalan pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi tahan gempa. Perangkat dalam konstruksi jembatan layan ini bernama lock up device (LUD) yang hanya dibuat di Prancis.
Selain itu dilengkapi juga dengan cable stayed sepanjang 161 meter, yang artinya jembatan ini tidak menggunakan kaki untuk menyeberangi lembah Cikapundung tetapi dengan tiang yang kuat untuk menopang Cable stayed pada badan jembatan yang melewati lembah Cikapundung. Pada bagian atas jembatan ini ada cable stayed penopang timur sebanyak 9 buah dan sisi barat berjumlah 10 buah.
Hal yang uniknya dari pembangunan jembatan ini adalah perancangannya yang sudah dilakukan sejak zaman Belanda tahun 1920 oleh arsitek Herman Thomas Karsten yang memang terkenal pada masa itu membangun berbagai fasilitas umum di Zaman Hindia Belanda. Karsten adalah seorang yang lahir di Cimahi, Hindia Belanda pada 22 April 1884. Pendidikan arsitek diperolehnya dari Sekolah Tinggi Teknik (Technische Hoogeschool) di Delft, Belanda, lulus tahun 1908.
Karsten juga menjadi penasihat dan sekaligus juga perencana dari banyak proyek pembangunan publik oleh Pemerintah Hindia Belanda seperti di gedung-gedung pemerintah di Batavia, Meester Cornelis yang sekarang adalah gedung Jatinegara di Bandung, Pasar Johar di Semarang, gedung pemerintah di Buitenzorg atau Bogor sekarang. Hasil karya Karsten juga ada di Jawa Tengah yaitu Stasiun Balapan Solo dan Pasar Gede Harjonagoro di Surakarta.
Photografer : Azzahra R.
TheIndonesiaAdventure.com Team Writter
Tag. : Jembatan Layang Pasupati, Pasupati, Kota Bandung, Bandung, Wisata Bandung, Landmark Bandung, Ikon Bandung, jembatan layang, hotel Bandung, Jawa Barat, Cita Citata