Tiwul adalah bahan makanan tradisional yang cukup popular khususnya di Pulau Jawa. Tiwul atau ada juga yang menyebutnya dengan nama oyek ini memiliki sejarah yang panjang dan menjadi satu dalam kehidupan masyarakat khususnya di Pulau Jawa, karena tiwul menjadi salah satu dari bahan makanan pokok yang penting khususnya bagi penduduk di Gunung Kidul, Blitar, Pacitan dan Wonosobo, serta juga hampir di seluruh wilayah di Pulau Jawa dibagian tengah dan timur.
Perkembembangan budaya dan pola makanan masyarakat yang berubah serta kemajuan ekonomi menyebabkan jenis makanan ini semakin jarang kita temui, bahkan generasi milinial mungkin bahkan sama sekali tidak kenal dengan tiwul.
Sayang sekali kalau makan yang sangat sehat ini ditinggalkan masyarakat, keberadaannya dan sejarahnya cukup panjang bukan cuma di Pulau Jawa, tetapi seluruh nusantara juga. Tiwul adalah bahan makanan pokok yang cocok untuk kalangan wanita yang sedang diet sehat karena tidak banyak mengandung karbonhidrat dan gula, tetapi kaya akan serat.
Kadar yang tinggi mempermudah proses pencernaan di dalam usus. Permasalahabn kesehatan masyarakat yang sekarang ini banyak terjadi yaitu kegemukan, kalesterol tinggi dan penyakit gula darah sebenarnya bisa diatasi dengan mengurani makan nasi dan memperbanyak makanan rendah gula seperti tiwul.
Tiwul terbuat dari ketela pohon atau yang biasa disebut dengan singkong yang banyak kita temui dipasar atau diperkebunan. Bahan utama tiwul berasal dari gaplek, yaitu bahan singkong yang dikupas kemudian melalui proses penjemuran. Setelah kering untuk menyajikannya bahan tiwul di dikukus.
Bentuk tiwul sangat jauh dengan nasi yang bulat lonjong pada setiap butirannya. Tiwul menggumpal-gumpal dengan bentuk yang berbeda-beda tergantung cara menghancurkan gebleknya. Warnanya kecoklatan tua, ada juga kecoklatan muda, ada juga yang agak menghitam.
Bahan gaplek termasuk bahan yang kuat dan tahan lama, sehingga cocok untuk dapat disimpan dan digunakan dalam waktu yang akan datang. Tetapi juga harus diingat penyimpanan geplek tidak boleh terlalu lama atau bahkan sampai tahunan karena bisa tercemar sejenis aflatoksin. Aflatoksin masuk melalui kandungan air yang masih ada, sehingga kualitas geplek yang baik adalah yang benar-benar kering dan kadar air yang paling rendah.
Pada masa lalu keberadaan geplek ini sangat penting terutama pada saat-saat musim kering dan gagal panel padi para petani sawah. Ketiadaan beras menjadikan geblek yang dapat dijadikan tiwul menjadi pengganti dari bahan makanan pokok beras.
Tiwul yang dimasak secara biasa dengan dikukus untuk langsung dikonsumsi memiliki citra saya yang hambar-hambar gurih. Jika mengunyah dalam waktu yang lebih lama rasa gurih itu akan muncul. Banyak penyajian tiwul yang sudah mulai divariasi.
Bagi yang sudah biasa bahkan hoby makan tiwul, akan terasa kangen jika sudah lama tidak bertemu tiwul. Jadi bisa dibilang tiwul itu "ngangenin". Ciri khas dan keunikan tiwul sulit untuk didapatkan dengan citra rasa jenis bahan makanan lain.
Kalau dipasar kita sering lihat tiwul yang dicampur dengan parutan kelapa dan gula merah, ada juga yang dibuat menjadi nasi goreng tiwul, ada juga yang berselera dengan kombinasi tiwul dan nasi dijadikan nasi goring, atau tiwul yang dimasukkan dalam daun pisang kemudian dibakar atau tiwul bakar.
Variasinya sekarang sudah sangat bermacam-macam sehingga tiwul bukan lah makanan sederhana lagi karena cara penyajian dan penggunannya sudah semakin banyak. Jangan keget juga kalau tiwul juga ada dalam penyajian sarapan hotel-hotel bintang lima.
Semoga jenis bahan makanan ini semakin mentradisi dan kembali membudaya. Ketergantungan pada jenis bahan makanan pokok pada beras saja justru kurang baik, karena banyaknya varian bahan makanan akan sangat baik untuk menjaga ketersediaan pangan untuk masyarakat dalam jangka panjang kedepan.
The Indonesia Adventure Team Writter
#TheIndonesiaAdventure
Nasi tiwul yang siap saji |
Sayang sekali kalau makan yang sangat sehat ini ditinggalkan masyarakat, keberadaannya dan sejarahnya cukup panjang bukan cuma di Pulau Jawa, tetapi seluruh nusantara juga. Tiwul adalah bahan makanan pokok yang cocok untuk kalangan wanita yang sedang diet sehat karena tidak banyak mengandung karbonhidrat dan gula, tetapi kaya akan serat.
Kadar yang tinggi mempermudah proses pencernaan di dalam usus. Permasalahabn kesehatan masyarakat yang sekarang ini banyak terjadi yaitu kegemukan, kalesterol tinggi dan penyakit gula darah sebenarnya bisa diatasi dengan mengurani makan nasi dan memperbanyak makanan rendah gula seperti tiwul.
Bahan tiwul yang belum dimasak |
Bentuk tiwul sangat jauh dengan nasi yang bulat lonjong pada setiap butirannya. Tiwul menggumpal-gumpal dengan bentuk yang berbeda-beda tergantung cara menghancurkan gebleknya. Warnanya kecoklatan tua, ada juga kecoklatan muda, ada juga yang agak menghitam.
Bahan gaplek termasuk bahan yang kuat dan tahan lama, sehingga cocok untuk dapat disimpan dan digunakan dalam waktu yang akan datang. Tetapi juga harus diingat penyimpanan geplek tidak boleh terlalu lama atau bahkan sampai tahunan karena bisa tercemar sejenis aflatoksin. Aflatoksin masuk melalui kandungan air yang masih ada, sehingga kualitas geplek yang baik adalah yang benar-benar kering dan kadar air yang paling rendah.
Pada masa lalu keberadaan geplek ini sangat penting terutama pada saat-saat musim kering dan gagal panel padi para petani sawah. Ketiadaan beras menjadikan geblek yang dapat dijadikan tiwul menjadi pengganti dari bahan makanan pokok beras.
Bahan tiwul yag siap dimasak |
Bagi yang sudah biasa bahkan hoby makan tiwul, akan terasa kangen jika sudah lama tidak bertemu tiwul. Jadi bisa dibilang tiwul itu "ngangenin". Ciri khas dan keunikan tiwul sulit untuk didapatkan dengan citra rasa jenis bahan makanan lain.
Kalau dipasar kita sering lihat tiwul yang dicampur dengan parutan kelapa dan gula merah, ada juga yang dibuat menjadi nasi goreng tiwul, ada juga yang berselera dengan kombinasi tiwul dan nasi dijadikan nasi goring, atau tiwul yang dimasukkan dalam daun pisang kemudian dibakar atau tiwul bakar.
Tiwul Kukus Manis dengan tambahan ampas kelapa |
Variasinya sekarang sudah sangat bermacam-macam sehingga tiwul bukan lah makanan sederhana lagi karena cara penyajian dan penggunannya sudah semakin banyak. Jangan keget juga kalau tiwul juga ada dalam penyajian sarapan hotel-hotel bintang lima.
Semoga jenis bahan makanan ini semakin mentradisi dan kembali membudaya. Ketergantungan pada jenis bahan makanan pokok pada beras saja justru kurang baik, karena banyaknya varian bahan makanan akan sangat baik untuk menjaga ketersediaan pangan untuk masyarakat dalam jangka panjang kedepan.
The Indonesia Adventure Team Writter
#TheIndonesiaAdventure