Kota
Yogyakarta Istimewa telah menjadi tag line wisata yang menguat dalam
beberapa tahun terakhir. Istimewa karena Kota Yogyakarta termasuk daerah
istimewa secara nomenklatur pemerintah daerah, tetapi juga istimewa
secara budaya dan tradisinya. Salah satu keistimewaan Yogya adalah
keberadaan becak disana.
Provinsi yang mendapat penghargaan dengan katagori sebagai daerah yang kondisi penduduknya paling bahagia ini memberikan keistimewaan pada moda transportasi becak, karena keberadaan becak yang mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat juga memberikan daya tarik sendiri bagi pariwisata Yogyakarta.
Salah satu lokasi mangkal para Mas-Mas
Pengayuh Becak adalah di jalan Malioboro. Destinasi wisata favorit ini
mempertahankan keberadaan becak dan telah menjadi satu dalam ragam
pariwisata kota Yogyakarta. Para wisatawan sangat menikmati becak untuk
berkeliling kota Yogya dengan santai dan dapat melongok ke area-area
padat kota Yogya dengan harga relatif murah.
Keberadaan becak-becak di kota wisata Yogya ini telah menjadi fenomenal sebagai moda transportasi tradisional yang melayani masyrakat Yogya dan wisatawan. Kota Yogyakarta yang memiliki luas 30,5 Km2 ini sebagian besarnya adalah areal heritage, yang terdiri dari Kraton, Kotagede, Pakualaman,
Kota baru dan Banteng Fort Vredeburg adalah lokasi-lokasi yang dapat diakses oleh becak-becak.
Becak salah satu mode transportasi yang dikayuh oleh manusia. Seorang pengemudi becak harus memiliki fisik dan tenaga yang kuat untuk mengayuh dengan berat yang jauh lebih tinggi dibandingkan mengayuh sepeda. Mengayuh becak sangat berbeda dengan mengayuh sepeda yang lebih ringan.
Bagi seorang pengemudi becak bertemu dengan jalan menurun tentu sangat senang, karena Sang Pengemudi Becak tidak terbebani untuk mengayuh . Pengemudi tinggal mengarahkan kemana becak akan berjalan, tetapi jika bertemu jalan tanjakan maka perjuangan mengayuh membutuhkan energi yang luar biasa. Kalau tukang becak sudah tidak sanggup untuk mengayuh maka terpaksa becak di dorong. Inilah romantika para pengayuh becak dalam perjuangannya untuk menafkahi keluarganya.
Setelah selesai mengantar wisatawan ke tempat yang dituju biasanya para pengayuh becah mangkal ditempat yang telah menjadi komunitasnya berkumpul. Jalan Malioboro adalah tempat yang nyaman untuk menunggu penumpang sambil beristirahat. Mereka saling bercengkrama antara para pengayuh becak lainnya. Menikmati kebersamaan dengan ceritanya hari itu masing-masing.
Wajarlah kalau keberadaan becak akan lebih cocok berada di kota-kota berpenduduk ramai dengan kontur rata dan datar seperti Kota Yogyakarta. Apalagi Sultan Yogya juga memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengakses seluruh jalan Yogya. Hal ini berbeda dengan kota lain di Indonesia yang beradaan becak justru dilarang, dan dianggap sebagai biang kemacetan kota.
Di Yogyakarta becak telah menjadi sumber penghidupan sebagian masyarakatnya dan juga menjadi daya tarik wisatawan khususnya wisatawan mancanegara. Bagi para turis, becak adalah sesuatu yang jarang dan tidak pernah ditemui dinegaranya. Turis asing ingin mendapatkan sesuatu yang baru baginya dilokasi wisata. Bagi wisatawam terutama mancanegara keberadaan becak di lokasi wisata merupakan hal yang istimewa dan unik.
Sejarah Becak di Yogyakarta
Becak telah menjadi bagian penting dalam napas kehidupan masyarakat Yogya yang memiliki tag line Yogyakarta Istimewa ini. Becak telah lama ada semenjak penjajahan Jepang di Indonesia. Orang-orang Jepang membawa becak-becak tanpa kayuhan untuk membawa barang-barang yang berat-berat.
Di cerita lain onthel telah menjadi kendaraan yang sangat umum disaat itu, sehingga ada keinginan untuk menjadikan becak tanpa kayuhan itu digabungkan dengan onthel agar dapat membawa barang berat dengan cukup mengayuh bukan mendorong seperti yang dilakukan oleh orang-orang Jepang.
Akhirnya muncullah rancangan seperti halnya becak yang kita lihat sekarang. Tentang siapa yang menciptakan becak dan siapa yang mendesain becak sehingga ada kayuhannya tentu ini hanya anonym karena tidak ada yang mengetahuinya.
Pada masa Orde Lama tahun 1950 becak di Yogyakarta sangat buming karena aktifitas ekonomi masyarakat meningkat setelah memasuki masa kemerdekaan. Kebutuhan dasar untuk transportasi dan membawa barang pada aktifitas ekonominya telah menumbuhkan becak-becaj baru diseluruh pelosok Yogyakarta.
Keberadaan
becak semakin menjamur lagi setelah ekonomi semakin membaik di masa Orde
Baru. Pada saat ini kota Yogya juga telah menjadi kota wisata yang
ramai dikunjungi oleh wisatawan karena Yogyakarta menjadi pusat
pendidikan. Para orang tua yang mengantarkan anak-anaknya sekolah disini
tentu menjadi wisatawan yang potensial. Adanya candi Borobudur dan
candi Prambanan juga telah mendongkrang wisata Yogya, sehingga
kebutuhan becak-becak pengantar wisatawan untuk berkeliling tetap
tinggi.
Keberadaan becak-becak itu sampai saat ini masih terus dipertahankan dan telah menjadi bagian daya tarik wisata Yogyakarta Istimewa. Becak masa kini telah banyak modifikasi yaitu dengan menambah mesin motor dan bodi motor kedalam struktur becak, sehingga para Mas-Mas Pengemudi becak tidak lagi repot-repot mengayuh becak yang sangat menguras tenaga. Akan lebih baik lagi kalau ada yang memodifikasi becak dengan tenaga listrik sehingga tidak menimbulkan polusi.
Sumber Infografik :
- jogjaprov.go.id
Photografer : Azzahra R.
TheIndonesiaAdventure.com Team Writter
#TheIndonesiaAdventure
Salah satu pengayuh becak di Yogya |
Provinsi yang mendapat penghargaan dengan katagori sebagai daerah yang kondisi penduduknya paling bahagia ini memberikan keistimewaan pada moda transportasi becak, karena keberadaan becak yang mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat juga memberikan daya tarik sendiri bagi pariwisata Yogyakarta.
Becak sedang mangkal di jalan Malioboro Yogyakarta |
Keberadaan becak-becak di kota wisata Yogya ini telah menjadi fenomenal sebagai moda transportasi tradisional yang melayani masyrakat Yogya dan wisatawan. Kota Yogyakarta yang memiliki luas 30,5 Km2 ini sebagian besarnya adalah areal heritage, yang terdiri dari Kraton, Kotagede, Pakualaman,
Kota baru dan Banteng Fort Vredeburg adalah lokasi-lokasi yang dapat diakses oleh becak-becak.
Turis berfoto diatas becak |
Becak salah satu mode transportasi yang dikayuh oleh manusia. Seorang pengemudi becak harus memiliki fisik dan tenaga yang kuat untuk mengayuh dengan berat yang jauh lebih tinggi dibandingkan mengayuh sepeda. Mengayuh becak sangat berbeda dengan mengayuh sepeda yang lebih ringan.
Bagi seorang pengemudi becak bertemu dengan jalan menurun tentu sangat senang, karena Sang Pengemudi Becak tidak terbebani untuk mengayuh . Pengemudi tinggal mengarahkan kemana becak akan berjalan, tetapi jika bertemu jalan tanjakan maka perjuangan mengayuh membutuhkan energi yang luar biasa. Kalau tukang becak sudah tidak sanggup untuk mengayuh maka terpaksa becak di dorong. Inilah romantika para pengayuh becak dalam perjuangannya untuk menafkahi keluarganya.
Becak dan Wisatawan Yogya telah menjadi satu |
Para Pengayuh becak sedang mangkal di jalan Malioboro menunggu penumpang |
Wajarlah kalau keberadaan becak akan lebih cocok berada di kota-kota berpenduduk ramai dengan kontur rata dan datar seperti Kota Yogyakarta. Apalagi Sultan Yogya juga memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengakses seluruh jalan Yogya. Hal ini berbeda dengan kota lain di Indonesia yang beradaan becak justru dilarang, dan dianggap sebagai biang kemacetan kota.
Di Yogyakarta becak telah menjadi sumber penghidupan sebagian masyarakatnya dan juga menjadi daya tarik wisatawan khususnya wisatawan mancanegara. Bagi para turis, becak adalah sesuatu yang jarang dan tidak pernah ditemui dinegaranya. Turis asing ingin mendapatkan sesuatu yang baru baginya dilokasi wisata. Bagi wisatawam terutama mancanegara keberadaan becak di lokasi wisata merupakan hal yang istimewa dan unik.
Sejarah Becak di Yogyakarta
Becak telah menjadi bagian penting dalam napas kehidupan masyarakat Yogya yang memiliki tag line Yogyakarta Istimewa ini. Becak telah lama ada semenjak penjajahan Jepang di Indonesia. Orang-orang Jepang membawa becak-becak tanpa kayuhan untuk membawa barang-barang yang berat-berat.
Di cerita lain onthel telah menjadi kendaraan yang sangat umum disaat itu, sehingga ada keinginan untuk menjadikan becak tanpa kayuhan itu digabungkan dengan onthel agar dapat membawa barang berat dengan cukup mengayuh bukan mendorong seperti yang dilakukan oleh orang-orang Jepang.
Akhirnya muncullah rancangan seperti halnya becak yang kita lihat sekarang. Tentang siapa yang menciptakan becak dan siapa yang mendesain becak sehingga ada kayuhannya tentu ini hanya anonym karena tidak ada yang mengetahuinya.
Pada masa Orde Lama tahun 1950 becak di Yogyakarta sangat buming karena aktifitas ekonomi masyarakat meningkat setelah memasuki masa kemerdekaan. Kebutuhan dasar untuk transportasi dan membawa barang pada aktifitas ekonominya telah menumbuhkan becak-becaj baru diseluruh pelosok Yogyakarta.
Becak-becak mangkal di stasiun kereta Yogyakarta |
Keberadaan becak-becak itu sampai saat ini masih terus dipertahankan dan telah menjadi bagian daya tarik wisata Yogyakarta Istimewa. Becak masa kini telah banyak modifikasi yaitu dengan menambah mesin motor dan bodi motor kedalam struktur becak, sehingga para Mas-Mas Pengemudi becak tidak lagi repot-repot mengayuh becak yang sangat menguras tenaga. Akan lebih baik lagi kalau ada yang memodifikasi becak dengan tenaga listrik sehingga tidak menimbulkan polusi.
Sumber Infografik :
- jogjaprov.go.id
Photografer : Azzahra R.
TheIndonesiaAdventure.com Team Writter
#TheIndonesiaAdventure