Jembatan ini juga menjadi penghubung antara Kabupaten Way Kanan, Lampung dan Kabupaten Oku Timur Sumatra Selatan. Jembatan yang termasuk cukup panjang ini melintasi sungai Komering. Lokasinya berada pada Kampung Gunung Batu Kecamatan Martapura di Ogan Komering Ulu Timur.
Jembatan Komeringdi Oku Timur di jalur kedua. |
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur atau biasa disingkat menjadi Oku Timur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten yang memiliki luas 19.023,47 km² ini terbentuk sebagai pemekaran Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).
Jembatan ini termasuk jembatan yang sudah tua karena dibangun sejak tahun 1920 pada masa zaman kolonial Belanda. Pada masa itu Pemerintah Hindia Belanda menggunakan jembatan ini sebagai penghubung untuk mengangkut hasil bumi berupa karet, lada dan kopi yang akan diangkut dengan menggunakan mode kereta api yang berpusat di Martapura, Oku Timur sekarang. Dari sini komoditas potensial itu disalurkan ke Palembang dan ada juga yang dikirim ke Tanjungkarang untuk dikapalkan melalui Pelabuhan Teluk Betung.
Jembatan Komering Kabupaten Oku Timur |
Pada pasa masa Orde Lama tahun 1950 terjadi pembubaran negara bagian Sumatera Selatan melelui Keputusan Presiden Nomor 126 Tahun 1950. Selanjutnya berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 1959 kembali dibentuk Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan Ibukotanya Baturaja.
Jembatan Komering di Martapura, Oku Timur sekarang sudah dua jalur |
Pejalan kaki di jembatan Komering. |
Perahu penambang pasir |
Penambang Pasir |
Sekarang jembatan ini sudah dua jalur, jalur utama yang asli dan jalur baru untuk mendukung jalur yang utama. Jalur pendukung karena lebih keci lebih banyak dilalui oleh pejalan kaki dan motor.
Sungai Komering yang dilalui oleh jembatan ini menjadi salah satu ikon wisata Kabupaten Oku Timur selain sungai ini luas lebar dan arus air yang stabil sehingga pada masa lalu digunakan sebagai media transportasi air. Sampai sekarang masih sering kita lihat perahu-perahu nelayan dan juga para pencari pasir melintasi sungai ini dengan menggunakan perahu tradisional.
Tidak jauh dari jembatan ini, ada stasiun kereta yang sangat ramai digunakan oleh masyarakat setempat yaitu Stasiun Martapura yang masuk dalam Devisi Regional IV Tanjungkarang. Kereta yang dinaiki dari sini adalah kereta yang berasal dari Stasiun Palembang menuju Stasiun Kereta Tanjung Karang di Bandar Lampung.
Sejak tahun 1659 daerah Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Sumatra Selatan menjadi bagian dari Kesultanan Palembang Darussalam yang kemudian diakhiri oleh Pemerintah Kolonial Inggris pada tahun 7 Oktober 1823. Pada saat Sultan Nazamudin jatuh karena tidak dipercaya lagi oleh Inggris wilayah Ogan Komering pada umumnya kembali ke Kesultanan Palembang di bawah Sultan Mahmud Badaruddin II.
Aliran Sungai Komering disaat musim kemarau |
Secara keseluruhan ada 8 sungai yang menjadi hulu sungai Musi yaitu Komering, Leko, Rawas, Lakitan, Kelingi, Ogan, semangus dan Lematang. Semua sungai-sungai ini merupakan aset penting Kesultanan Palembang menjadi bangsa Bahari selain lautan untuk keluar Pulau Sumatra.
Di masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin semua hasil perkebunan penting yang menjadi komoditas andalan seperti lada, kopi, karet di kirim ke Pelabuhan Palembang untuk dipasarkan ke luar negeri. Baik kapal kecil kecil dan kapal besar yang merapat di Sungai Musi pada masa itu juga sudah biasa ke jalur Sungai Komering. Berbeda dengan Belanda yang lebih menggunakan jalur kereta api untuk pengangkutan komoditas pertanian tersebut.
Photografer : Yogga Y.
#TheIndonesiaAdventure
The Indonesia Adventure Team Writter