Masjid Agung Demak, Jawa Tengah, miliki museum yang menyimpan puluhan koleksi benda-benda bersejarah zaman Kerajaan Majapahit hingga Kesultanan Demak.
Museum Masjid Agung Demak yang berdiri di atas lahan seluas 16 meter persegi yang berada di kompleks Masjid Agung Demak, diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, Rabu.
Gubernur Jateng Bibit Waluyo berharap, keberadaan museum tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dari berbagai daerah untuk melihat secara dekat saka tatal Masjid Agung Demak, karena pada 1980-an mengalami pemugaran dan saka tatal yang asli disimpan.
"Sekarang, masyarakat bisa melihat saka tatal yang sebelumnya digunakan untuk menyangga atap bangunan masjid, sehingga memiliki nilai sejarah yang tinggi," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, dia juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Bupati Demak Tafta Zani karena atas prakarsanya museum tersebut bisa berdiri.
Sementara itu, Ketua Takmir Masjid Agung Demak M Asyiq mengungkapkan, jumlah koleksi benda-benda bersejarah di museum tersebut mencapai 60-an koleksi.
Di antaranya, soko guru Masjid Agung Demak dari Sunan Bonang yang sudah rusak yang memiliki ketinggian sekitar 1.630 centimeter sedangkan kerusakannya sekitar 725 centimeter, kentongan wali abad XV, bedug wali abad XV, daun pintu serambi Masjid Demak 1804 masehi yang merupakan peninggalan zaman Majapahit, kap lampu peninggalan Paku Buwono ke-1 pada 1710 Masehi.
Pengunjung juga bisa melihat kayu tiang tatal yang dibuat oleh Sunan Kalijaga, gentong Putri Campa, pintu bledeg ciptaan Ki Ageng Selo, serta koleksi lain zaman Majapahit hingga Sunan Demak.
"Hanya saja, untuk sementara museum tersebut belum bisa dibuka untuk umum karena masih menunggu pembentukan pengelola museum," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, dalam waktu dekat akan ada kajian tentan penataan benda-benda bersejarah yang ada di museum dengan menghadirkan ahli arkeologi, budaya dan sejarah Islam.
Berdirinya museum yang dibangun dengan anggaran sekitar Rp1,1 miliar, yakni Rp600 juta dari APBD Demak dan sisanya dari Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Masjid Agung Demak, diharapkan masyarakat bisa menggali nilai-nilai sejarah lewat benda-benda bersejarah yang ada di museum.
"Generasi muda saat ini, dimungkinkan masih banyak yang belum mendapatkan informasi lengkap soal sejarah Masjid Agung Demak maupun zaman kerajaan Majapahit," ujarnya. (Ant)
Museum Masjid Agung Demak yang berdiri di atas lahan seluas 16 meter persegi yang berada di kompleks Masjid Agung Demak, diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, Rabu.
Gubernur Jateng Bibit Waluyo berharap, keberadaan museum tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dari berbagai daerah untuk melihat secara dekat saka tatal Masjid Agung Demak, karena pada 1980-an mengalami pemugaran dan saka tatal yang asli disimpan.
"Sekarang, masyarakat bisa melihat saka tatal yang sebelumnya digunakan untuk menyangga atap bangunan masjid, sehingga memiliki nilai sejarah yang tinggi," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, dia juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Bupati Demak Tafta Zani karena atas prakarsanya museum tersebut bisa berdiri.
Sementara itu, Ketua Takmir Masjid Agung Demak M Asyiq mengungkapkan, jumlah koleksi benda-benda bersejarah di museum tersebut mencapai 60-an koleksi.
Di antaranya, soko guru Masjid Agung Demak dari Sunan Bonang yang sudah rusak yang memiliki ketinggian sekitar 1.630 centimeter sedangkan kerusakannya sekitar 725 centimeter, kentongan wali abad XV, bedug wali abad XV, daun pintu serambi Masjid Demak 1804 masehi yang merupakan peninggalan zaman Majapahit, kap lampu peninggalan Paku Buwono ke-1 pada 1710 Masehi.
Pengunjung juga bisa melihat kayu tiang tatal yang dibuat oleh Sunan Kalijaga, gentong Putri Campa, pintu bledeg ciptaan Ki Ageng Selo, serta koleksi lain zaman Majapahit hingga Sunan Demak.
"Hanya saja, untuk sementara museum tersebut belum bisa dibuka untuk umum karena masih menunggu pembentukan pengelola museum," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, dalam waktu dekat akan ada kajian tentan penataan benda-benda bersejarah yang ada di museum dengan menghadirkan ahli arkeologi, budaya dan sejarah Islam.
Berdirinya museum yang dibangun dengan anggaran sekitar Rp1,1 miliar, yakni Rp600 juta dari APBD Demak dan sisanya dari Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Masjid Agung Demak, diharapkan masyarakat bisa menggali nilai-nilai sejarah lewat benda-benda bersejarah yang ada di museum.
"Generasi muda saat ini, dimungkinkan masih banyak yang belum mendapatkan informasi lengkap soal sejarah Masjid Agung Demak maupun zaman kerajaan Majapahit," ujarnya. (Ant)